Semakin
bertambahnya populasi manusia di bumi maka akan berdampak pada jumlah buangan
atau limbah yang dihasilkan, terlebih limbah plastik.
Seperti yang diketahui,
plastik digunakan hampir di semua produk makanan ataupun minuman, karena sifatnya
yang praktis selain itu plastik juga memiliki densitas yang rendah, bersifat
isolasi terhadap listrik, mempunyai kekuatan mekanik dan ketahan bahan kimia
yang bervariasi, murah dalam pembuatan, mudah didapat maka tak heran dari
beberapa alasan tersebut masyarakat memilih plastik sebagai alat pembungkus
makanan.
Namun
dampak dari penggunaan plastik yang berlebihan tersebut, kini menjadi
permasalah lingkungan karena semakin banyaknya limbah plastik akan berpengaruh
terhadap estetika lingkungan dan berbahaya bagi mahluk hidup
lainnya. Perlu diketahui bahwa plastik merupakan bahan anorganik buatan
yang tersusun dari bahan-bahan kimia yang cukup berbahaya bagi lingkungan.
Limbah yang berasal dari plastik sangat sulit untuk diuraikan secara alami.
Untuk dapat menguraikan limbah plastik secara alami membutuhkan waktu kurang
lebih 100 tahun agar plastik dapat terurai dengan sempurna. Sedangkan jumlah
plastik yang dihasilkan di Indonesia semakin meningkat tiap tahunnya.
Untuk
mengatasi hal tersebut tentu saja diperlukan cara mengolah limbah plastik
menjadi lebih tepat guna dan memiliki manfaat bagi alam, salah satu caranya
dengan mendaur ulang limbah plastik menjadi bahan bakar, hal tersebut sangat
selaras dengan kondisi Indonesia saat ini akan kebutuhan bahan bakar.
Tidak
dapat dipungkiri, saat ini permintaan pasokan bahan bakar sangat meningkat
dengan mengolah limbah plastik menjadi bahan bakar diharapkan mampu menjadi
alternatif penggunaan bahan bakar yang dihasilkan dari fosil.
Baru baru ini, seorang pengajar
listrik dasar dan elektrolisis pada Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 3
Kota Madiun mampu mengatasi keresahan akan limbah plastik yang dihasilkan. Di
tangan Tri
Handoko, ribuan ton limbah plastik yang
menggunung di tempat pembuangan akhir (TPA) kota Madiun, Jawa Timur, diubah
menjadi bahan bakar minyak bernilai jual, seperti solar dan premium, dengan
teknologi tepat guna. Inovasi Tri Handoko tersebut menginspirasi hingga lintas
daerah.
Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Kabupaten Banjarmasin pun
melakukan studi banding. Sejumlah pengusaha menawarkan kerja sama bisnis.
Peraih gelar master Mekatronika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Surabaya ini memulai riset ketika terlibat dalam tim peneliti bahan bakar
minyak (BBM) alternatif berbahan dasar air yang menghebohkan Indonesia tahun
2008. Saat itu, ia mulai belajar hidrokarbon hingga memperdalam metode
pengguntingan rantai karbon.
Sistem kerja yang digunakan adalah
pirolisis atau destialasi kering. Limbah plastik dipanaskan di atas suhu
leburnya hingga berubah menjadi uap. Proses pemanasan menyebabkan perekahan
pada molekul polimer plastik menjadi potongan molekul yang lebih pendek.
Selanjutnya, molekul-molekul ini didinginkan jadi fase cair. Cairan yang
dihasilkan jadi bahan dasar minyak atau minyak mentah.
Dengan destilasi ulang
menggunakan temperatur berbeda, yakni mengacu pada titik uap, minyak mentah
diproses menjadi premium atau solar.
Konsep dasar penggolahan plastik
mejadi bahan bakar adalah mengambil unsur karbon dari polimer penyusun plastik.
Polimer penyusun plastik terdiri dari hidrokarbon yakni rangkaian antara atom
karbon (CO2) dan hidrogen (H2O).
Untuk menghasilkan
premium perlu rantai hidrokarbon dengan molekul lebih pendek, yakni C6-C10.
Untuk menghasilkan minyak tanah dan solar perlu rantai hidrokarbon dengan
molekul lebih panjang, yakni C11–C15 (minyak tanah) dan C16-C20 (solar).
Pada
proses akhir perlu refinery, yakni pengolahan bahan baku minyak menjadi minyak
siap digunakan. Caranya, dengan mencuci, penambahan aditif, mereduksi kandungan
gum atau zat beracun, dan mengklasifikasikan atau mengelompokkan berdasarkan
panjang rantai hidrokarbon.
Rangkaian alat yang digunakanpun
reatif sederhana dan bisa digunakan dari material bekasuntuk
membangunnya. Alat terdiri atas saluran pemasukan atau intake manipul
dari besi. Fungsinya, memasukkan sampah plastik ke dalam tangki reaktor di atas
tungku pembakar. Bahan bakarnya bisa limbah kayu bekas atau gas elpiji.
Bahkan,
juga gas metan hasil pembakaran sampah sehingga lebih ekonomis. Untuk
memperoleh uap, tangki reaktor dihubungkan kondensor atau pengembun yang berada
di atas tangki.
Diperlukan minimal dua kondensor untuk memisahkan uap yang
mengandung rantai molekul pendek dengan uap yang mengandung rantai molekul
panjang. Penyaluran uap ini menggunakan pipa besi sehingga tahan suhu tinggi
atau panas.
Selanjutnya, pada setiap kondensor
dipasang pipa penyalur untuk mengalirkan embun dari uap yang dihasilkan. Tetes
demi tetes embun ditampung dalam botol sebelum proses refinery.
Satu kg limbah
plastik menghasilkan 1 liter bahan dasar minyak atau minyak mentah. Ketika
diolah jadi premium atau solar, hasilnya tinggal 0,8-0,9 liter. Kotoran yang
melekat pada plastik turut memengaruhi. Demikian pula kualitas plastik yang
dipakai.
Makin bagus kualitas plastik yang diolah, makin tinggi pula hasil yang
didapat.
Proses pemurnian uap hidroarbon
diembunkan menjadi cairan hidrokarbon. Semua alur prosesnya menempuh refinery
(pemurnian) yaitu :
·
Mengubah uap menjadi fase cair
melalui pengendapan
·
Pencucian dari kotoran, dengan cara
dicampur detergen
·
Penambahan zat adiktif (jika
diperlukan)
·
Reduksi kandungan gum dengan cara
dicuci dan disaring
·
Mengklasifikasikan sesuai panjang
rantai hidrokarbon
·
Memisahkan limbah berupa cairan
Hasil uji laboratorium SMKN 3 Kota
Madiun menunjukkan, solar yang dihasilkandari limbah plastik dapat
menghidupkan mesin pemotong rumput. Meski belum diuji coba pada kendaraan
bermotor.
Sedangkan premium limbah plastik telah diuji kromatografi gas pada
laboratorium PT Sucofindo. Manfaat yang lebih diharapkan dari inovasi adalah
membantu mengatasi masalah lingkungan, meningkatkan taraf hidup masyarakat, dan
tawaran solusi mencari energi alternatif.
DAFTAR PUSTAKA
https://indonesiaproud.wordpress.com/2011/12/01/tri-handoko-mengubah-limbah-plastik-jadi-bahan-bakar-minyak/
, diakses pada tanggal 8 September 2017
http://www.huwagu.com/2017/01/makalah-pengolahan-limbah-plastik-menjadi-minyak.html,
diakses pada tanggal 8 September 2017
http://www.academia.edu/24296988/PENGGUNAAN_KEMASAN_PLASTIK_KAITANNYA_DENGAN_KESEHATAN ,
diakses pada tanggal 8 September 2017
http://news.unair.ac.id/2017/07/08/mahasiswa-unair-ubah-sampah-plastik-jadi-bahan-bakar-bensin-dan-solar/ ,
diakses pada tanggal 8 September 2017